Kamis, 11 Maret 2010



TUBAN, KOMPAS.com — Selama 20 tahun, wajah Tarsumi (60), warga Dusun Becok, Desa Tegalrejo, Kecamatan Meraurak, Kabupaten Tuban, digerogoti tumor.

Karena tak mampu berobat, penyakit itu terus membesar dan merusak organ tubuhnya satu per satu. Tumor yang bersarang di wajah kiri Tarsumi itu mulai nampak saat ia berusia 40 tahun.

Namun, tumor itu tak dihiraukan lantaran semula hanya tampak bagai sebuah benjolan kecil dan hanya muncul di bawah telinga sebelah kanan. Namun, semakin hari, benjolan itu makin membesar hingga sudah lebih besar dai kepalanya sendiri saat ini.

Nenek enam cucu tersebut tinggal di rumah sederhana yang terbuat dari kayu bersama anak pertamanya, Darmati (45), yang sudah bersuami dan memiliki tiga anak. Suami Tarsumi, Setu, sudah meninggal dunia sekitar lima tahun lalu.

“Setelah benjolan ini membesar, mata saya tidak bisa melihat sama sekali. Benjolan ini terus membesar sampai sebesar ini,” ujarnya sambil memegang benjolan di wajahnya.

Tarsumi sempat berobat. Tak hanya ke dokter di Tuban, tetapi juga menjalani perawatan beberapa hari di RSU Dr Soetomo, Surabaya.

Hanya karena tidak memiliki biaya, dia akhirnya dibawa pulang. Hari demi hari hanya dilaluinya di dalam rumah tanpa aktivitas apa pun.

“Tidak pernah melakukan apa-apa. Wong melihat saja tidak bisa. Cuma tidur dan duduk-duduk saja di dalam rumah,” katanya.

Wari (42), keponakan Tarsumi, mengatakan bahwa keluarganya sama sekali belum pernah mendapatkan pengobatan gratis dari pemerintah untuk orang tidak mampu atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

“Kalau BLT (bantuan langsung tunai) memang dapat, tapi Jamkesmas kami belum pernah merasakan sama sekali,” terangnya. Dia malah bertanya bagaimana cara mendapat fasilitas itu.

0 komentar:

Posting Komentar